Bagikan:

JAKARTA - Tidur adalah waktu istirahat bagi tubuh dan otak. Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa kebiasaan tidur yang buruk bisa mempercepat kerusakan otak dan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer. Sebuah studi terbaru menemukan kurangnya tidur nyenyak dapat mempercepat penurunan fungsi otak, yang berujung pada gangguan kognitif di kemudian hari.

Menurut studi yang dilakukan oleh para peneliti di Yale School of Medicine, tidur nyenyak, terutama dalam tahap slow-wave sleep dan rapid eye movement (REM) sleep sangat penting bagi kesehatan otak. Kedua tahap ini berperan dalam membersihkan racun, memperbaiki sel-sel otak, serta menguatkan daya ingat dan fungsi kognitif.

Penulis utama studi, Gawon Cho, seorang peneliti pascadoktoral di bidang kedokteran internal di Yale School of Medicine, Connecticut mengatakan orang yang kurang tidur nyenyak mengalami penyusutan pada bagian otak yang dikenal sebagai inferior parietal region.

"Kami menemukan bahwa volume bagian otak yang disebut inferior parietal region menyusut pada orang yang kurang mendapatkan tidur slow-wave dan REM," kata Cho, dikutip VOI dari laman CNN pada Jumat, 4 April.

"Bagian otak ini bertanggung jawab dalam mengolah informasi sensorik, seperti persepsi ruang dan visual. Penyusutannya sering kali menjadi tanda awal penyakit Alzheimer," tambahnya.

Ahli saraf preventif, Dr. Richard Issacson, yang mendirikan salah satu klinik pencegahan Alzheimer pertama di Amerika Serikat mengatakan pengalamannya merawat orang dewasa yang berisiko Alzheimer mendukung temuan studi ini.

"Kualitas tidur lebih dalam berkaitan dengan fungsi kognitif yang lebih baik. Jika dikombinasikan dengan volume otak, itu benar adanya," kata Issacson.

Saat tidur nyenyak, otak membersihkan racun dan sel mati sekaligus memperbaiki serta memulihkan tubuh untuk hari berikutnya. Saat tidur tahap REM, otak memproses emosi, memperkuat ingatan, dan menyerap informasi baru. Tidak heran jika tidur slow-wave dan REM sangat penting bagi fungsi otak.

Orang dewasa membutuhkan sekitar 7–8 jam tidur agar tetap sehat, sedangkan remaja dan anak-anak membutuhkan lebih banyak. Para ahli menyarankan orang dewasa sebaiknya menghabiskan 20%–25% waktu tidurnya dalam tahap slow-wave dan REM. Orang yang lebih tua membutuhkan lebih sedikit, sedangkan bayi bisa menghabiskan sekitar 50% waktu tidurnya dalam tahap REM.

"Yang lebih buruk, seiring bertambahnya usia, tidur nyenyak semakin berkurang," kata Cho.

Tidur slow-wave biasanya terjadi 70-90 menit setelah kita tertidur, sedangkan tidur REM lebih sering terjadi menjelang pagi hari. Jika Anda tidur larut malam dan bangun terlalu pagi, Anda mengurangi peluang mendapatkan cukup waktu dalam kedua tahap tidur ini.

"Semakin banyak waktu di tempat tidur, semakin banyak ia tidur, dan semakin banyak REM dan tidur slow-wave yang didapatkan," kata Issacson.

Namun, sekadar berbaring di tempat tidur lebih lama tidak cukup, tidur juga harus nyenyak dan tidak terganggu. Sebuah studi pada Februari 2023 menemukan kebiasaan tidur yang baik bisa menambah hampir 5 tahun harapan hidup bagi pria dan 2,5 tahun bagi wanita.

Agar manfaat ini maksimal, Anda tidak boleh sering terbangun di malam hari atau kesulitan tidur lebih dari dua kali seminggu. Anda juga harus merasa segar setidaknya 5 hari dalam seminggu saat bangun tidur, serta tidak bergantung pada obat tidur.