JAKARTA - Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan dirinya tidak "terlalu optimis atau pesimis" tentang perundingan dengan AS mengenai program nuklir Iran.
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan dengan Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri pertikaian Iran selama puluhan tahun dengan Barat dapat sangat merugikan Republik Islam tersebut, kata politikus dan orang dalam Iran, bahkan jika Washington kemudian digambarkan oleh Teheran sebagai pihak yang bersalah.
Setelah perundingan akhir pekan lalu antara Teheran dan Washington di Oman, yang disebut oleh kedua belah pihak sebagai hal yang positif, harapan Iran akan bantuan ekonomi telah melonjak, menurut warga Iran yang dihubungi melalui telepon dan melalui pesan yang diunggah oleh warga Iran di media sosial.
Kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan perundingan lebih lanjut pada tanggal 19 April di Oman.
Mata uang rial Iran yang terpuruk telah menguat sekitar 20% terhadap dolar dalam beberapa hari terakhir, dengan banyak warga Iran berharap kesepakatan untuk mengakhiri isolasi ekonomi Iran dapat segera tercapai.
"Kami tidak terlalu optimis atau pesimis mengenai hal itu. Bagaimanapun, ini adalah proses yang telah diputuskan dan langkah-langkah pertamanya telah dilaksanakan dengan baik," kata Khamenei dalam pertemuan dengan para anggota parlemen, menurut media pemerintah dilansir Reuters, Selasa, 15 April.
Teheran telah mendekati perundingan tersebut dengan hati-hati, meragukan kemungkinan tercapainya kesepakatan dan curiga terhadap Trump, yang meninggalkan pakta nuklir Teheran tahun 2015 dan telah berulang kali mengancam akan mengebom Iran jika tidak ada kesepakatan.
"Sejak saat ini, (perundingan) tersebut harus ditindaklanjuti dengan hati-hati, dengan garis merah yang ditetapkan dengan jelas bagi pihak lain dan bagi kita. Negosiasi tersebut dapat membuahkan hasil, atau mungkin juga tidak," kata Khamenei.
"Hindari menghubungkan nasib negara dengan perundingan ini,” katanya.
BACA JUGA:
Sejak hubungan dengan Washington runtuh setelah revolusi Islam Iran tahun 1979 yang menggulingkan Shah yang didukung AS, permusuhan terhadap Amerika Serikat selalu menjadi titik kumpul bagi para pemimpin ulama Iran.
Namun, inflasi, pengangguran, dan kurangnya investasi sebagai akibat dari sanksi yang melumpuhkan, yang diberlakukan kembali setelah Trump membatalkan pakta nuklir tahun 2015, meyakinkan Khamenei untuk mendukung perundingan dengan pemerintahan Trump.