JAKARTA - Wakil Rektor Bidang Ilmiah di Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri Rusia Oleg Karpovich mengatakan, rekam jejak kuat yang dimiliki Uni Emirat Arab (UEA) dalam menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi, bisa menjadi tempat potensial untuk pertemuan Presiden Vladimir Putin dan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
"Selama kampanye pemilihannya, Donald Trump menyatakan ia akan berkontribusi untuk menyelesaikan krisis Ukraina. Waktunya telah tiba untuk melangkah ke tahap berikutnya dan memenuhi janji yang dibuat," kata Karpovich kepada TASS, seperti dikutip 16 Januari.
Ia mengatakan, Trump telah menyadari kebijakan yang ditempuh oleh Presiden AS Joe Biden yang akan lengser telah menyebabkan krisis yang mendalam dalam hubungan Rusia-AS, membuat krisis Karibia tampak seperti "jalan-jalan di taman."
"Tindakan tertentu jelas perlu diambil karena dunia telah menjadi sangat teraliri listrik," kata pakar tersebut.
Di sisi lain, Karpovich menolak Swiss sebagai lokasi yang memungkinkan untuk pertemuan tersebut.
"Swiss tidak lagi menjadi negara netral sejak bergabung dengan sanksi anti-Rusia. Negara ini tidak lagi menjadi tempat netral seperti dulu," jelasnya.
"Dengan demikian, negara Timur Tengah kemungkinan besar akan dipilih. Dalam hal ini, UEA menonjol sebagai pilihan yang layak, mengingat sejarahnya dalam memfasilitasi berbagai pertukaran, negosiasi, dan konsultasi. UEA memiliki rekam jejak positif dalam menyelenggarakan pembicaraan semacam itu," papar Karpovich.
BACA JUGA:
Karpovich mengingat pernyataan Presiden Putin selama sesi Tanya Jawab Direct Line pada Bulan Desember, saat Pemimpin Kremlin tersebut menyatakan, jika Trump mengusulkan pertemuan, ia akan terbuka untuk membahas berbagai masalah terkait krisis Ukraina.
"Tentu saja, posisi Rusia adalah bahwa kami akan mendasarkan tindakan kami pada situasi nyata di lapangan. Pasukan Rusia sedang bergerak maju," pungkasnya.